Penyelesaian
Suatu Pernyataan Dengan Penghubung Logika Untuk Memperoleh Nilai Kebenaran atau
Kesalahan
Dari
Variabel
Oleh
May
Erlinawati
NIM:
1331057
Program
Studi Pendidikan Matematika
Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Pendidikan Guru Republik Indonesia Sidoarjo
Abstrak
Artikel ini membahas
tentang logika matematika dan suatu pernyataan majemuk. Logika merupakan
kemampuan menalar siswa dalam memecahkan suatu pernyataan dalam matematika.
Pada artikel ini disampaikan langkah-langkah untuk memperoleh nilai kebenaran
atau kesalahan dari pernyataan-pernyataan majemuk dalam matematika dengan
menggunakan berbagai penghubung logika, diantaranya adalah negasi, konjungsi,
disjungsi, implikasi, dan biimplikasi.
Kata
Kunci: Logika, Pernyataan Majemuk dan Penghubung Logika
Matematika
1.
Pendahuluan
Jurnal ini adalah untuk memberikan
gambaran secara ringkas mengenai pentingnya menalar dan berpikir secara kritis
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kurangnya kemampuan untuk menalar, dapat
membuat asumsi yang salah terhadap sesuatu, hanya karena salah menafsirkan dari
suatu pernyataan. Sehingga, dengan belajar menggunakan logika dapat membantu
untuk menghindari salah penafsiran dan dapat meningkatkan keahlian dalam
berpikir analitis, serta dapat mengenal bentuk-bentuk penarikan kesimpulan yang
benar dan yang salah.
Bahasa, logika,
matematika, dan statistika adalah sarana yang mutlak diperlukan dalam suatu
kegiatan ilmiah (Suriasumantri, 1999:167). Bahasa merupakan alat komunikasi,
logika merupakan pola berpikir, matematika berperan dalam pola pikir deduktif,
dan statistika berperan dalam pola pikir induktif. Matematika adalah bahasa
yang sangat simbolis (Kline dalam Suriasumantri, 1983:174-184). Matematika
menjembatani antara manusia dan alam, antara dunia batin dan dunia lahir.
Matematika adalah alat pikiran, bahasa ilmu, tata cara pengetahuan, dan
penyimpulan deduktif.
Pada tahun-tahun
terakhir ini, lebih banyak prosedur matematika yang rumit digunakan dalam
berbagai cabang ilmu, seperti ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu ekonomi, ilmu
kedokteran, serta dalam jumlah yang semakin meningkat. Oleh karena itu, topik
ini sangat membantu siswa untuk meningkatkan berpikir secara kreatif dan dapat
meningkatkan daya nalar siswa, serta dapat juga diaplikasikan secara langsung
dalam kehidupan sehari-hari. Disini guru berperan penting dan harus memiliki
kemampuan untuk mengembangkan kreativitas, keaktifan, dan keterampilan siswa
dalam melakukan penalaran secara logis dan kritis.
2.
Pembahasan
2.1
Pengertian
Logika
Logika adalah
sesuatu yang berhubungan dengan metode berpikir yang merupakan suatu pernyataan yang tidak dapat
dibantah bahwa logika, penalaran dan argumentasi sering sekali ditemukan bahkan
digunakan dalam kehidupan sehari-hari secara nyata. Logika memberikan
aturan-aturan dan tekhnik untuk menentukan apakah suatu pernyataan yang
diberikan adalah valid, serta berpikir logis dan kritis yang digunakan dalam
matematika untuk membuktikan suatu teorema. Seperti, untuk menarik kesimpulan
dalam Ilmu Pengetahuan Alam adalah dari suatu eksperimen. Dalam logika kita
tertarik pada benar atau salah dari suatu pernyataan, dan bagaimana mencari
kebenaran atau kesalahan dari suatu pernyataan yang dapat ditentukan dari
pernyataan-pernyataan lain dengan menggunakan penghubung logika sebagai
pengganti dari suatu pernyataan yang spesifik untuk menyajikan sebarang
pernyataan-pernyataan, sehingga hasilnya dapat digunakan dalam banyak kasus
yang serupa.
Secara
etimologis, logika berasal dari kata Yunani “logos”
yang berarti kata, ucapan, pikiran secara utuh atau bisa juga berarti ilmu
pengetahuan (Kusumah, 1986). Dalam arti luas, logika adalah suatu cabang ilmu
yang mengkaji penurunan-penurunan kesimpulan yang shahih (valid, correct) dan yang tidak shahih (tidak
valid, incorrect). Proses berpikir
yang terjadi di saat menurunkan atau menarik kesimpulan dari pernyataan yang
diketahui bernilai benar atau salah disebut penalaran (reasoning).
2.2
Pernyataan
Unit terkecil yang berhubungan
dengan logika adalah kalimat. Kalimat adalah susunan kata-kata yang memiliki
arti yang dapat berupa pernyataan, pertanyaan, perintah atau permintaan. Kalimat-kalimat yang berhubungan dengan
logika bukan sebarang kalimat, melainkan kalimat-kalimat yang bernilai benar
atau salah, namun bukan keduanya. Jenis kalimat seperti itu disebut pernyataan atau statement.
Setiap
pernyataan adalah sebuah kalimat, tetapi sebuah kalimat belum tentu pernyataan.
Hanya sebuah kalimat yang menerangkan sesuatu (kalimat deklaratif) yang dapat
digolongkan sebagai pernyataan karena memiliki nilai benar atau salah, namun
bukan keduanya.
Jadi, pernyataan adalah sebuah kalimat
deklaratif yang bernilai benar saja atau salah saja. Istilah lain dari
pernyataan adalah proposisi atau kalimat tertutup.
Suatu pernyataan (termasuk teori) tidak akan ada
artinya jika tidak bernilai benar. Oleh karena itu, untuk menjelaskan tentang
kriteria kebenaran ini perhatikan kalimat berikut
p
= Semua manusia akan mati.
q
= Jumlah besar sudut-sudut segitiga adalah 180ᵒ.
Pernyataan yang disajikan dengan huruf p, q,…
disebut sebagai variabel pernyataan
primitif yang dapat digabungkan dengan penghubung logika untuk memperoleh pernyataan majemuk.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Suriasumantri
(1988) menyatakan bahwa ada tiga teori yang berkaitan dengan kriteria kebenaran
ini., yaitu teori korespondensi, teori koherensi, dan teori pragmatis. Namun,
sebagian buku hanya membicarakan dua teori saja, yaitu yaitu teori
korespondensi (suatu kalimat akan bernilai benar jika pernyataan yang
terkandung di kalimat tersebut sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya) dan
teori koherensi (suatu kalimat akan bernilai benar jika pernyataan yang
terkandung di dalam kalimat itu bersifat koheren, konsisten, dan tidak
bertentangan dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar).
Sehingga, jawaban dari pernyataan p dan q sama-sama bernilai benar, namun
dengan alasan yang berbeda.
2.3
Penghubung
Logika
2.3.1
Negasi
(Ingkaran)
Negasi adalah ingkaran suatu
pernyataan yang bernilai benar jika pernyataan yang semula bernilai salah, dan
sebaliknya ingkaran suatu pernyataan yang bernilai salah jika pernyataan yang
semula bernilai benar. Membuat sebuah ingkaran suatu pernyataan dapat dengan
menambahkan kalimat “bukan”, “tidak”, atau “tidak benar bahwa” di depan
pernyataan aslinya, namun tidak untuk pernyataan-pernyataan tertentu.
Contoh:
1.
Jika p = Jakarta Ibu Kota RI (B)
Maka, ̴ p = Tidak benar bahwa Jakarta Ibu Kota
RI (S) atau
̴ p = Jakarta bukan Ibu Kota RI (S)
2.
Jika q = 3 + 4 > 8 (S)
Maka, ̴ q = Tidak benar bahwa 3 + 4 > 8 (B) atau
̴ q = 2 + 3 < 8 (B)
p
|
̴ p
|
B
|
S
|
S
|
B
|
Berdasarkan
contoh pernyataan diatas, maka dapat dibuat sebuah tabel kebenaran untuk
ingkaran, yaitu
2.3.2
Konjungsi
(dan)
Konjungsi adalah
dua buah pernyataan majemuk yang dihubungkan dengan “dan” serta diberi symbol “Λ”.
Jika suatu pernyataan yang pertama bernilai benar, maka pernyataan yang kedua
juga benar. Dan sebaliknya, jika pernyataan yang pertama bernilai salah, maka pernyataan
yang kedua bernilai salah.
Contoh:
1.
Jika r = Sholihuddin mahasiswa STKIP
Sidoarjo
s = Sholihuddin mahasiswa Prodi
Matematika
Maka,
r Λ s = Sholihuddin mahasiswa STKIP Sidoarjo dan Prodi Matematika
2.
Jika x = Sholihuddin mahasiswa STKIP Sidoarjo
y = Nanang mahasiswa UIN Surabaya
Maka,
x Λ y = Sholihuddin mahasiswa STKIP Sidoarjo dan Nanang mahasiswa UIN Surabaya
p
|
q
|
p Λ q
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
S
|
S
|
Berdasarkan contoh pernyataan
diatas, maka dapat dibuat sebuah tabel kebenaran untuk konjungsi, yaitu :
2.3.3
Disjungsi
(atau)
Disjungsi adalah suatu pernyataan
yang dihubungkan dengan “atau” yang akan
bernilai salah hanya jika komponen-komponennya, yaitu baik pernyataan pertama
maupun pernyataan kedua, keduanya bernilai salah, dan yang selain itu akan
bernilai benar.
Berdasarkan pengertian diatas, dua
buah pernyataan yang dihubungkan dengan “atau” yang merupakan disjungsi dari
kedua pernyataan semula, yaitu
a. Disjungsi
inklusif yang diberi symbol “V” dan akan bernilai benar jika paling sedikit
komponennya bernilai benar
b.
Disjungsi
eksklusif yang diberi symbol “V” dan akan bernilai benar jika hanya salah satu
komponennya bernilai benar
Contoh:
1. Jika
r = Aku tinggal di Indonesia
s = Aku
belajar matematika sejak SMP
Maka, r V s = Aku tinggal di Indonesia atau belajar
matematika sejak SMP
Pernyataan r V s akan bernilai benar jika “Aku
benar-benar tinggal di Indonesia atau Aku benar-benar belajar matematika sejak
SMP.
2. Jika
r = Fahmi lahir di Surabaya
s =
Fahmi lahir di Bandung
Maka,
r V s = Fahmi lahir di Surabaya atau Bandung
Pernyataan
r V s akan bernilai benar jika “Fahmi benar-benar lahir di salah satu kota,
yaitu Surabaya atau Bandung, dan tidak di kedua tempat itu”.
Berdasarkan pengertian dan contoh
diatas, maka dapat dibuat sebuah tabel kebenaran untuk disjungsi, yaitu
p
|
q
|
p V q
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
P
|
Q
|
p V q
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
a. disjungsi
inklusif b.
disjungsi eksklusif
2.3.4
Kondisional
(Implikasi atau Pernyataan Bersyarat)
Kondisional (implikasi) adalah
pernyataan dalam matematika yang berbentuk “jika p maka p” dan diberi simbol “=>”.
Pernyataan p => q, p disebut hepotesa (anteseden)
dan q disebut konklusi (konsejuen)
serta dapat dibaca sebagai:
a. Jika
p maka p
b. p
berimplikasi q
c. p
hanya jika q
d. q
jika p
e. q
asal saja p
Implikasi p => q bernilai benar
jika anteseden salah atau konsekuen benar.
Contoh:
1. Jika
p = Burung mempunyai sayap (B)
q = 2 + 3 = 5 (B)
Maka,
p => q = Jika burung mempunya sayap, maka 2 + 3 = 5 (B)
2.
Jika r = x bilangan cacah (B)
s
= x bilangan bulat positif (S)
Maka, r => s
= Jika x bilangan cacah, maka x bilangan bulat positif (S)
P
|
q
|
p =>q
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
Berdasarkan
definisi di atas, maka dapat dibuat sebuah tabel kebenaran untuk implikasi, yaitu
2.3.4.1
Konvers, Invers dan Kontraposisi
Suatu pernyataan bernilai benar
“jika hari hujan, Andi memakai jas hujan”, maka itu tidak berarti bahwa “Andi
memakai jas hujan jika hari hujan” juga bernilai benar, sebab mungkin saja
“Andi memakai jas hujan walapun hari tidak hujan”. Demikian pula dengan
pernyataan “jika hari tidak hujan, Andi tidak memakai jas hujan” belum tentu
bernilai benar, sedangkan pernyataan “jika Andi tidak memakai jas hujan, hari
tidak hujan” akan bernilai benar. Maka : a. Konvers dari implikasi p => q
adalah q => p
b. Invers
dari implikasi p => q adalah ̴ p
=> ̴ q
c. Kontraposisi
dari implikasi p => q adalah ̴ q
=> ̴ p
Sehingga, hubungan antara
implikasi, konvers, invers, dan kontraposisi dapat ditunjukkan dengan skema
berikut ini:
q
=> p
Konvers q => p
Invers Kontraposisi Kontraposisi Invers
̴ q => ̴p
Konvers ̴
q => ̴p
2.3.5
Bikondisional
(Biimplikasi atau Pernyataan Bersyarat Ganda)
Bikondisional (biimplikasi) adalah
suatu pernyataan matematika yang berbentuk “p jika dan hanya jika q” dan diberi
simbol “ó”
juga disebut sebagai pernyataan biimplikatif.
“p jika dan hanya jika q” berarti
“jika p maka q dan jika q maka p”, sehingga “p adalah syarat perlu dan cukup
bagi q”.
Pernyataan bikondisional bernilai
benar hanya jika komponen-komponennya bernilai benar.
Contoh:
1. Jika
p = 2 adalah bilangan genap (B)
q = 3 adalah bilangan ganjil (B)
Maka,
p ó
q = 2 adalah bilangan genap jika dan hanya jika 3 adalah bilangan ganjil (B)
2. Jika
r = 2 + 2 ≠ 5 (B)
s = 4 + 4 < 8 (S)
Maka, r ó
s = 2 + 2 ≠ 5 jika dan hanya jika 4 + 4 < 8 (S)
Berdasarkan definisi di atas, maka
dapat dibuat tabel kebenaran untuk
biimplikasi, yaitu:
p
|
q
|
p ó
q
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
3.
Penutup
Kemampuan
menalar yang kuat adalah penting bagi siswa-siswi untuk menemukan suatu
kebenaran atau kesalahan dari pernyataan-pernyataan dalam kehidupan sehari-hari
agar tidak terjadi kesalahfahaman. Dalam bidang matematika, kemampuan menalar
yang tinggi dan berpikir yang logis serta kritis sangat diperlukan untuk
memperoleh suatu kebenaran atau kesalahan yang berasal dari suatu pernyataan
majemuk dengan menggunakan penghubung logika, yaitu negasi, konjungsi,
disjungsi, implikasi, dan biimplikasi. Untuk meningkatkan kemampuan menalar
siswa, guru harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitas,
keaktifan, dan ketrampilan siswa dalam melakukan penalaran secara logis dan
kritis dengan cara melakukan pembiasaan secara rutin untuk menarik suatu
kesimpulan dari pernyataan-pernyataan dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka
Seputro, Theresia M.H. Tirta. 1989.
Pengantar Dasar Matematika (Logika dan
Teori Himpunan). Jakarta: Ikip Surabaya.
Markaban. 2004. Logika Matematika.
Yogyakarta, (Online), (http://p4tkmatematika.org/downloads/sma/logika.pdf,
diakses 26 Januari 2015)
Suyitno, Hadi. 2008. Hubungan
Antara Bahasa Dengan Logika dan Matematika Menurut Pemikiran Wittenstein,
(Online), Volume 20, (http://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/971/764,
diakses 26 Januari 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar