Selasa, 30 Juni 2015

Pendekatan Metakognitif



MAKALAH

PENDEKATAN METAKOGNITIF

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
PembelajaranInovatif II
 








DisusunOleh:
Kelompok 1
1.      AHMAD WASI AL FAHMI           (1331004)
2.      APRILIA NUR ULFA                     (1331006)
3.      ISNA NURIL AINI                          (1331042)
4.      LIANATUS SHOLIKHAH             (1331050)
5.      MAY ERLINAWATI                      (1331057)
6.      NENY TRI WIJAYA                       (1331072)

Dosen Pembimbing :
Lestariningsih, S. Pd., M.Pd.

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN  PENDIDIKAN MATEMATIKA
2015

KATA PENGANTAR


Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, taufik dan Hidayah-Nya, Sehinggamakalahinidapatterselesaikan. MakalahinidisusununtukmemenuhitugaskelompokmatakuliahPembelajaranInovatifII.
SholawatsertasalamtetaptelimpahkankepadajunjungankitarevolusionerbesarNabi Muhammad SAW, yang telahmembimbingdanmengangkatkitadarijurangkenistaanmenujusamudra yang terangbenderangyakniDinnul Islam.
Kami menyadaribahwakaryailmiahinitidakdapattersusundanterselesaikandenganbaiktanpa bantuandariberbagaipihak, Olehkarenaituizinkanlahkami mengukirkandanmengucapkanbanyakterimakasihkepada:
1.    Drs. H. Soekarno, M.Pd, selaku YPLP-PTPGRI Sidoarjo.
2.    Drs. H. Imam Mulyono, M.Pd, selaku Ketua STKIP PGRI Sidoarjo.
3.    LailatulMubarokah, S.Pd. M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo.
4.    Lestariningsih, S. Pd., M.Pd, selaku Dosenpembimbing “PembelajranInovatifIIyang telahmemberikanbimbingan,arahandanmotivasi, sehingga kamisemangatdalammenyelesaikanmakalahini. Suatukehormatan kami dapatdibimbingbeliau.
5.    Segenap rekanmahasiswa-mahasiswi STKIP PGRI Sidoarjo yang memberikan dukungan kepada penulis.
6.    Kepadasemuapihak yang selalumemberikanmotivasidanmembantudalampenyusunanmakalahini, sehinggadapatterselesaikan.
Kamimenyadarisepenuhnyabahwa di duniainitidakada yang sempurna.Begitujugadalampenulisanmakalahini, yang tidakluputdarikekurangandankesalahan.Olehkarenaitu, dengansegalaketulusandankerendahanhati kamisangatmengharapkan saran dankritik yang bersifatmembangun.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Sidoarjo, 21Maret 2015


Kelompok 1

DAFTAR ISI


Cover i

 

I.    PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Matematika adalah sebuah konsep, untuk mempelajarinya memerlukan suatu cara agar konsep tersebut dapat diterima dan dinalar oleh pikiran peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedjadi (2000:14) yang menyatakan bahwa konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Rangkaian kata yang bermakna akan mempermudah seseorang untuk dapat memahami konsep matematika yang sifatnya abstrak. Sementara itu Bahri (2008:30) berpendapat bahwa konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata atau lambang bahasa. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep dalam matematika yang bersifat abstrak dan biasanya terkait dengan lambang memerlukan penjelasan untuk mengenalinya.
Matematika di sekolah sudah mulai dikenalkan sejak dini, pada jenjang pendidikan norformal taman kanak-kanak anak sudah dikenalkan dengan matematika walaupun tidak secara langsung. Baru pada satuan pendidikan sekolah dasar anak mengenal matematika yang sesungguhnya dan biasanya di awali dengan berhitung. Berkaitan dengan bagaimana cara mengenalkan matematika kepada anak, hendaknya perlu diperhatikan teori tahap perkembangan berpikir dari Piaget. Piaget (1964) menyatakan bahwa perkembangan manusia melalui empat tahap perkembangan kognitif dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan intelektual baru di mana manusia mulai mengerti dunia yang bertambah komplek.
Pengetahuan metakognisi terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan strategis; (2) pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi pengetahuan kontekstual dan kondisional; dan (3) pengetahuan diri.Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang strategi-strategi belajar dan berpikir serta pemecahan masalah. Subjenis pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang berbagai strategi yang dapat digunakan siswa untuk menghafal materi
pelajaran, mencari makna teks, atau memahami apa yang mereka dengar dari pelajaran di kelas atau yang dibaca dalam buku dan bahan ajar lain. Strategi-strategi belajar ini dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu pengulangan, elaborasi, dan organisasi. Strategi pengulangan berupa mengulang-ulang kata-kata atau istilahistilah untuk memberikan ingatan pada mereka. Strategi elaborasi menggunakan berbagai teknik, yakni: merangkum, memparafrase, dan memilih gagasan pokok dalam teks. Strategi pengorganisasian adalah membuat garis besar materi pelajaran, membuat pemetaan konsep, dan membuat catatan. Pengetahuan tentang tugastugas kognitif yang meliputi pengetahuan kontekstual dan kondisional

II.     PEMBAHASAN


2.1         PengertianPendekatan

Pendekatan pembelajaran sendiri memiliki arti suatu sudut pandang tentang proses pembelajaran  yang masih dalam arti umum  yang didalamnya dapat mewadahi, menguatkan, memberikan inspirasi.
Dalam pembelajaran sendiri mengenal pendekatan pembelajaran dalam dua jenis yaitu pendekatan yang berpusat pada siswa dan pendekatan yang berpusat pada pengajar. Dari kedua jenis pendekatan ini tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan masing – masing. Yang perlu dilihat adalah mana yang cocok untuk diterapkan pada proses pembelajaran.  Bila melihat kondisi di Indonesia maka sangat diyakini akan lebih banyak menggunakan proses jenis kedua yaitu berpusat pada pengajar.
Apapun pendekatan yang akan dipilih merupakan hasil dari penelitian dan solusi yang tepat dengan kondisi yang tepat. Selain dari pada itu pendekatan
Pembelajaran juga memiliki kerakteristik yang dapat digunakan antaralain.
1.      Indetifikasi, menetapkan sasaran, menetapkan kualifikasi output dan target yang ingin dicapai harus dilatari oleh lingkungan yang kali ini berpatok pada masyarakat.
2.      Pemilihan cara paling efektif untuk mencapai sasaran dengan mempertimbangkan.
3.      Menentukan langkah yang akan dicapai mulai dari awal hingga akhir, dengan tujuan agar mudah dalam memantau kinerja.
4.      Menetapkan criteria dan standar sebagai tolak ukur pencapaian pembelajaran yang telah ditetapkan.
Karekteristik yang ada akan lebih memudahkan dalam membuat beberapa rumusan pencapaian dalam pembelajran dan dapat menepatkan
pendekatan pembelajaran mana yang tepat untuk digunakan. Dalam proses pembelajaran sendiri tidak dapat anda putuskan sendiri menginggat kemampuan  dari setiap sumber daya dan lingkungan tidaklah sama. Tetap membutuhkan saran dari beberapa pemangku kepentingan. Bila anda merupakan tenaga pendidik yang akan memilih menggunakan pendekatan pembelajaran model seperti apa, usahakan sebelum memilih ketahuilah kebutuhan yang cocok pada daerah sekitar anda, jangan memaksakan menggunakan salah satu pendekatan yang benar namun sangat bertentangan dengan realita. Berkompromi dengan realita dapat menjadi faktor informal yang dapat anda gunakan. Dalam posisi ini dibutuhkan beberapa faktor informal untuk kepentingan bersama.

2.2         PengertianMetakognitif

Istilah metakognitif yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan
metacognition berasal dari dua kata yang dirangkai yaitu meta dan kognisi. Metaberasal ari bahasa Yunani μετά yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagaiafter, beyond, with, adjacent yang merupakan suatu prefik dan digunakan untukmenjukkan suatu abstraksi dari suatu konsep. (Wikipedia, Free Encyclopedia, 2008).Sedangkan cognition, tersebut berasal dari bahasa Latin yaitu cognoscere, yangberarti mengetahui (to know) dan mengenal (to recognize). Kognisi, disebut jugagejala-gejala pengenalan, merupakan “the act or process of knowing including bothawareness and judgement” (Webster’s Seventh New Collegiate Dictionary, 1972 :161). Sementara itu Huitt (1997) menyatakan “cognition refers to the process ofcoming to know and understand; the process of encoding, storing, processing,retrieving information.” .
Metakognitif (metacognition) merupakan suatu istilah yang diperkenalkanoleh Flavell pada tahun 1976. Menurut Flavell, sebagaimana dikutip oleh Livingston(1997), metakognisi terdiri dari pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge)dan pengalaman atau regulasi metakognitif (metacognitive experiences orregulation). Pengetahuan metakognisi menunjuk pada diperolehnya pengetahuantentang proses-proses kognitif, pengetahuan yang dapat dipakai untuk mengontrolproses kognitif. Sedangkan pengalaman metakognisi adalah proses-proses yang dapatditerapkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan mencapai tujuan-tujuankognitif.Secara garis besar pengertian tentang metakognitif adalah:
1.      Metakognitif merupakan kemampuan jiwa yang termasuk dalam kelompok kognisi.
2.      Metakognitif merupakan kemampuan untuk menyadari, mengetahui, proses kognisi yang terjadi pada diri sendiri.
3.      Metakognitif merupakan kemampuan untuk mengarahkan proses kognisi yang terjadi pada diri sendiri.
4.      Metakognitif merupakan kemampuan belajar bagaimana mestinya belajar dilakukan yang meliputi proses perencanaan, pemantauan, dan evaluasi.
Metakognitif merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Dikatakan demikian karena aktivitas ini mampu mengontrol proses berpikir yang sedang berlangsung pada diri sendiri.

2.3         Metakognitif Sebagai Strategi Berpikir

Pada prinsipnya jika dikaitkan dengan proses belajar, kemampuan metakognitif adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol proses belajarnya, mulai dari tahap perencanaan, memilih strategi yang tepat sesuai masalah yang dihadapi, kemudian memonitor kemajuan dalam belajar dan secara bersamaan mengoreksi jika ada kesalahan yang terjadi selama memahami konsep, menganalisis keefektifan dari strategi yang dipilih. Kemudian melakukan refleksi berupa mengubah kebiasaan belajar dan strateginya jika diperlukan, apabila hal itu dipandang tidak cocok lagi dengan kebutuhan lingkungannya. Hal ini berarti mengetahui dan menyadari bagaimana belajar dan mengetahui strategi kerja mana yang sesuaimerupakan suatu kemampuan yang sangat berharga.
 Selain itu memikirkan tingkah laku diri sendiri merupakan langkah pertama yang mengarah ke arah tingkah laku belajar dan bagaimana belajar. Strategi yang didiskusikan mempunyai arti bagi pengembangan metakognitif, termasuk di dalamnya mengidentifikasi apa yang kita diketahui, apa yang tidak kita ketahui, berbicara tentang berpikir, mengembangkan dan membuat jurnal, merencanakan dan regulasi diri, bertanya kembali untuk memperoleh informasi mengenai segala hal yang berkaitan, untuk melengkapi proses berpikir, dan mengevaluasi diri. Jadi metakognitif dikembangkan melalui proses berpikir seseorang berkenaan dengan tingkah laku yang dilakukannya. Mengembangkan metakognitif pada dasarnya adalah meningkatkan proses berpikir seseorang untuk mengontrol apa yang dipikirkannya, apa yang dikerjakannya, berkenaan dengan tugas yang diberikan, apakah telah memenuhi tuntutan yang diminta dari tugas tersebut atau belum. Hal itu dapat dilakukan selama dia bekerja atau setelah selesai mengerjakan sebuah tugas, ini dapat dilakukan dengan menulis sebuah jurnal. Kaitan antara kemampuan metakognitif dengan strategi berpikir adalah bahwa kemampuan metakognitif menyediakan cara mengendalikan berpikir yang pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan dalam berpikir kritis (critical thinking).

2.4        Proses Metakognitif dalam Matematika

Secara umum metakognisi memiliki komponen-komponen yang disebut sebagai pengetahuan metakognisi dan pengalaman metakognisi. Pengetahuan metakognisi adalah pengetahuan yang digunakan untuk mengarahkan proses berpikir kita sendiri. Pengarahan proses berpikir ini dapat dilakukan melalui aktivitas perencanaan (planning), pemonitoran (monitoring) dan pengevaluasian (evaluation). Aktivitas aktivitas ini disebut juga sebagai strategi metakognisi atau keterampilan metakognisi yang dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Misalnya dalam penyelesaian masalah matematika ketika pengetahuan metakognisi terhadap suatu tujuan tertantang maka akan melahirkan pengalaman metakognisi berupa perasaan sulit karena pencapaian tujuan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ketika menyadari tantangan tersebut dan pentingnya masalah tersebut diselesaikan,dan timbul kesadaran untuk menyelesaikan dengan mencari berbagai strategi, maka hal ini menunjukkan adanya pemanfaatan aktivitas metakognisi.
Penyelesaian masalah dalam matematika merupakan suatu proses mental yang kompleks yang memerlukan visualisasi, imajinasi, manipulasi, analisis, abstraksi dan penyatuan ide. Dalam proses penyelesaian masalah matematika, terjadi interaksi antara aktivitas kognitif dan metakognisi. Aktivitas kognitif terbatas pada bagaimana informasi diproses untuk mencapai tujuan, sedangkan aktivitas metakognisi penekanannya pada kesadaran seseorang terhadap apa yang dilakukannya. Penyelesaian masalah akan diawali dengan bagaimana siswa mengenali masalah tersebut, misalnya dengan membangun representasi mental dari masalah yang dibaca, memutuskan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut sampai dengan bagaimana mengevaluasi hasil yang dibuatnya.

2.5        Strategi Pengembangan Metakognitif

Strategi pengembangan metakognisi adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk mengaktifkan dan meningkatkan metakognisi seseorang. Guru dapat memilih strategi mana yang tepat dan ini tentunya di dasarkan pada perefleksian terhadap berbagai pengalaman yang terjadi selama proses pembelajaran. Di samping itu penilaian terhadap kemampuan metakognisi seseorang dapat dilakukan selama aktivitas pembelajaran berlangsung dengan mendengarkan pembicaraan siswa selama berdiskusi atau merevieu jurnal yang dibuat berkaitan dengan pembelajaran. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan metakognisi dalam pembelajaran matematika menunjukkan bahwa metakognisi diperlukan dalam pembelajaran matematika, misalnya dalam hubungannya dengan miskonsepsi, kesalahan dan halhal yang kurang dalam mengembangkan ide-ide matematika. Dalam proses penyelesaian masalah matematika siswa tentunya memahami masalah, merencanakan strategi penyelesaian, membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan, serta melaksanakan keputusan tersebut. Dalam proses tersebut mereka seharusnya memonitoring dan mengecek kembali apa yang telah dikerjakannya. Apabila keputusan yang diambil tidak tepat, maka mereka seharusnya mencoba alternatif lain atau membuat suatu pertimbangan. Proses menyadari adanya kesalahan, memonitor hasil pekerjaan serta mencari alternatif lain merupakan beberapa aspek-aspek metakognisi yang perlu dalam penyelesaian masalah matematika.
Dalam mengembangkan kemampuan metakognisi siswa diperlukan beberapa strategi yang sebaiknya diterapkan dalam kelompok-kelompok kecil. Salah satu strategi yang sederhana dalam mengembangkan metakognisi siswa adalah melalui strategi pengajuan pertanyaan. Di samping itu penilaian terhadap kemampuan metakognisi seseorang dapat dilakukan selama aktivitas pembelajaran berlangsung dengan mendengarkan pembicaraan siswa selama berdiskusi atau merevieuw jurnal yang dibuat berkaitan dengan pembelajaran.

2.6        Pengembangan Metakognitif dalam Pembelajaran Matematika

Indikator pemanfaatan metakognisi seperti pengetahuan tentang kelemahan diri sendiri dan memahami kelebihan orang lain, serta pengetahuan tentang tugas-tugas yang diberikan. Dalam proses pembelajaran, pemanfaatan metakognisi dapat diketahui ketika diberi kesempatan menyelesaikan masalah. Berikut salah satu contoh pengungkapan pemanfaatan metakognisi dalam menentukan selesaian integral fungsi rasional berikut. Hitunglah:

a.          
b.         
c.          

Sebelum siswa menyelesaikannya mereka diminta untuk membaca sekitar 5 menit (tanpa menulis), kemudian menjawab pertanyaan berikut: Apakah anda memahami soal tersebut? Dapatkah anda menyelesaikannya? Setelah diberi kesempatan menjawab, kemudian mereka diminta untuk menjawab pertanyaan lanjutan: Bagaimana cara anda mengerjakannya? (mereka diberi kesempatan untuk mengerjakan), Selesai mengerjakan, mereka diminta untuk menjawab pertanyaan berikut. Apakah pertanyaannya sudah terjawab? Bagaimana anda mengetahuinya? Apakah anda yakin dengan apa yang anda kerjakan? Pertanyaan-pertanyaan terakhir berkaitan dengan pemanfaatan strategi metakognisi khusunya pemonitoran dan pengevaluasian.
Berdasarkan analisis terhadap pekerjaan dan jawaban yang diberikan, diketahui bahwa ada mahasiswa yang menyadari bahwa mereka belum dapat menyelesaikan dengan baik, ada yang meyakini kebenaran pekerjaannya dan ada yang tidak meyakini apa yang dikerjakannya. Fenomena ini menunjukkan bahwa secara tertulis aktivitasmetakognisi dapat terdeteksi, tetapi perlu dilanjutkan dengan wawancara secara mendalam. Hasil analisis menunjukkan bahwa mereka yang memanfaatkan aktivitas metakognisinya dapat menyelesaikan masalah dengan baik.

2.7        Peranan Metakognitif dalam Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, metakognisi dapat berperan dalam hal:

2.7.1             Keberhasilan Belajar

Sebagaimana dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa metakognisi pada dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya belajar dilakukan yang didalamnya dipertimbangkan dan dilakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut: (1) Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar, (2) Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan belajar, (3) Menyusun suatu program belajar untuk konsep, keterampilan, dan ide-ide yang baru, (4) Mengidentifkasi dan menggunakan pengalamannya sehari-hari sebagai sumber belajar, (5) Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar, (6) Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah kelompok, (7) Belajar dari dan mengambil manfaat pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu, (8) Belajar dari dan mengambil manfaatkan pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu, (9) Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya. Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh kemampuan metakognisinya. Jika setiap kegiatan belajar dilakukan dengan mengacu pada indikator dari learning how to learn maka hasil optimal akan mudah dicapai.

2.7.2             Pengembangan Metakognisi dalam Pembelajaran

Mengingat pentingnya peranan metakognisi dalam keberhasilan belajar, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan meningkatkan metakognisi mereka. Mengembangkan metakognisi pembelajar berarti membangun fondasi untuk belajar secara aktif. Guru sebagai sebagai perancang kegiatan belajar dan pembelajaran, mempunyai tanggung jawab dan banyak kesempatan untuk mengembangkan metakognisi pembelajar. Strategi yang dapat dilakukan guru atau dosen dalam mengembangkan metakognisi peserta didik melalalui kegiatan belajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut (Taccasu Project, 2008):
a.             Membantu peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar dengan: mendorong pembelajar untuk memonitor proses belajar dan berpikirnya, membimbing pembelajar dalam mengembangkan strategi-strategi belajar yang efektif. meminta pembelajar untuk membuat prediksi tentang informasi yang akan muncul atau disajikan berikutnya berdasarkan apa yang mereka telah baca atau pelejari, membimbing pembelajar untuk mengembangkan kebiasaan bertanya, menunjukkan kepada pembelajar bagaimana teknik mentransfer pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dari suatu situasi ke situasi yang lain.
b.             Membimbing pembelajar dalam mengembangkan kebiasaan peserta didik yang baik melalui :
·         Pengembangan Kebiasaan Mengelola Diri Sendiri
Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri dapat dilakukan dengan : (1) mengidentifikasi gaya belajar yang paling cocok untuk diri sendiri (visual, auditif, kinestetik, deduktif, atau induktif); (2) memonitor dan meningkatkan kemampuan belajar (membaca, menulis, mendengarkan, mengelola waktu, dan memecahkan masalah); (3) memanfaatkan lingkungan belajar secara variatif (di kelas dengan ceramah, diskusi, penugasa, praktik di laboratorium, belajar kelompok, dst).
·         Mengembangkan Kebiasaan untuk Berpikir Positif
Kebiasaan berpikir positif dikembangkan dengan : (1) meningkatkan rasa percaya diri (self-confidence) dan rasa harga diri (self-esteem) dan (2) mengidentifikasi tujuan belajar dan menikmati aktivitas belajar.
·         Mengembangkan Kebiasaan untuk Berpikir secara Hirarkhis
Kebiasaan untuk berpikir secara hirarkhis dikembangkan dengan: (1) membuat keputusan dan memecahkan masalah dan (2) memadukan dan menciptakan hubungan-hubungan konsep-konsep yang baru.
·         Mengembangkan Kebiasaan untuk Bertanya
Kebiasaan bertanya dikembangkan dengan : (1) mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep utama dan bukti-bukti pendukung; (2) membangkitkan minat dan motivasi; dan (3) memusatkan perhatian dan daya ingat.
Pengembangan metakognisi pembelajar dapat pula dilakukan dengan aktivitas-aktivitas yang sederhana kemudian menuju ke yang lebih rumit.






III. PENUTUP

3.1       Kesimpulan:

Metakognitif merupakah salah satu bagian untuk melihat keberhasilan siswa dalam membangun konsep matematika. Ranah kognitif meliputi aspek pengetahuan dan aspek kognisi. Aspek koginisi meliputi mengingat, memahami, mengapliasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Aspek pengetahuan meliputi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Siswa-siswa yang menggunakan metakognitifnya dengan baik akan menjadi pemikir yang kritis, problem solver yang baik, serta pengambil keputusan yang baik dari pada mereka yang tidak menggunakan metakognisinya. Pengetahuan metakognisi siswa dapat diukur melalui proses berpikir anak terutama yang berkaitan dengan bagaimana anak memikirkan kembali apa yang telah dikerjakan dalam menyelesaikan masalah atau persoalan, sehingga guru dapat meningkatkan penggunaan strategi metakognitif dalam membahas suatu konsep yang baru dengan mengingatkan kembali apa yang sudah diketahui siswa sebelumnya. Selain itu Proses metakognitif juga mencakup kemampuan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan


DaftarPustaka


Flavell, J.H. 1976. Metacognition and Cognitive Monitoring, A New Area of
Cognitive Developmental Inquiry, American Psychologist, 34, pp.906-911.

Huitt, William G. (1997). Metacognition, (Online), (http://tip.psychology.org/-
meta.html, diaksespada 03 April 2015).
http://en.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget (diaksespada 03 April 2015).

Livingstone. (1997). Metacognition: An Overview, (Online),
Murni, Atma. 2010. PembelajaranMatematikadenganPendekatanMetakognitifBerbasisMasalahKontekstual.FKIP Universitas Riau, (Online), (eprints.uny.ac.id/10499/1/P11-Atma.pdf, diaksespada 21 Maret 2015).
Purnomo, Dwi. 2014. Proses MetakognisidanPembentukanKonsepdalamMatematika, (Online), (http://dwipurnomoikipbu.files.wordpress.com, diaksespada 21 Maret 2015).
R. Soedjadi, 2000. KiatPendidikanMatematika di Indonesia: KonstatasiKeadaanMasaKiniMenujuHarapanMasaDepan. Jakarta: DirektoratJenderal
PendidikanTinggi, DepartemenPendidikanNasional, 2000-206 halaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar