MAKALAH
PENDEKATAN METAKOGNITIF
Diajukan untuk memenuhi Tugas
Mata Kuliah
PembelajaranInovatif II
DisusunOleh:
Kelompok 1
1.
AHMAD WASI AL FAHMI (1331004)
2.
APRILIA NUR ULFA (1331006)
3.
ISNA NURIL AINI (1331042)
4.
LIANATUS SHOLIKHAH (1331050)
5.
MAY ERLINAWATI (1331057)
6.
NENY TRI WIJAYA (1331072)
Dosen Pembimbing :
Lestariningsih, S. Pd., M.Pd.
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN
MATEMATIKA
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, taufik dan
Hidayah-Nya, Sehinggamakalahinidapatterselesaikan.
MakalahinidisusununtukmemenuhitugaskelompokmatakuliahPembelajaranInovatifII.
SholawatsertasalamtetaptelimpahkankepadajunjungankitarevolusionerbesarNabi
Muhammad SAW, yang
telahmembimbingdanmengangkatkitadarijurangkenistaanmenujusamudra yang
terangbenderangyakniDinnul Islam.
Kami menyadaribahwakaryailmiahinitidakdapattersusundanterselesaikandenganbaiktanpa bantuandariberbagaipihak,
Olehkarenaituizinkanlahkami mengukirkandanmengucapkanbanyakterimakasihkepada:
1.
Drs. H. Soekarno, M.Pd, selaku
YPLP-PTPGRI Sidoarjo.
2.
Drs. H. Imam Mulyono, M.Pd, selaku
Ketua STKIP PGRI Sidoarjo.
3.
LailatulMubarokah,
S.Pd. M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo.
4. Lestariningsih, S. Pd., M.Pd, selaku Dosenpembimbing “PembelajranInovatifII” yang telahmemberikanbimbingan,arahandanmotivasi,
sehingga kamisemangatdalammenyelesaikanmakalahini. Suatukehormatan kami
dapatdibimbingbeliau.
5.
Segenap rekanmahasiswa-mahasiswi
STKIP PGRI Sidoarjo yang memberikan dukungan kepada penulis.
6.
Kepadasemuapihak
yang selalumemberikanmotivasidanmembantudalampenyusunanmakalahini,
sehinggadapatterselesaikan.
Kamimenyadarisepenuhnyabahwa di
duniainitidakada yang sempurna.Begitujugadalampenulisanmakalahini, yang
tidakluputdarikekurangandankesalahan.Olehkarenaitu, dengansegalaketulusandankerendahanhati
kamisangatmengharapkan saran dankritik yang bersifatmembangun.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Sidoarjo, 21Maret
2015
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Cover
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika adalah sebuah konsep, untuk mempelajarinya memerlukan
suatu cara agar konsep tersebut dapat diterima dan dinalar oleh pikiran peserta
didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedjadi (2000:14) yang menyatakan bahwa
konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi
atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau
rangkaian kata. Rangkaian kata yang bermakna akan mempermudah seseorang untuk
dapat memahami konsep matematika yang sifatnya abstrak. Sementara itu Bahri
(2008:30) berpendapat bahwa konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah
objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu
mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek
ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran
orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep dapat dilambangkan
dalam bentuk suatu kata atau lambang bahasa. Berdasarkan pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa konsep dalam matematika yang bersifat abstrak dan
biasanya terkait dengan lambang memerlukan penjelasan untuk mengenalinya.
Matematika di sekolah sudah mulai dikenalkan sejak dini, pada
jenjang pendidikan norformal taman kanak-kanak anak sudah dikenalkan dengan
matematika walaupun tidak secara langsung. Baru pada satuan pendidikan sekolah
dasar anak mengenal matematika yang sesungguhnya dan biasanya di awali dengan
berhitung. Berkaitan dengan bagaimana cara mengenalkan matematika kepada anak,
hendaknya perlu diperhatikan teori tahap perkembangan berpikir dari Piaget.
Piaget (1964) menyatakan bahwa perkembangan manusia melalui empat tahap
perkembangan kognitif dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan
munculnya kemampuan intelektual baru di mana manusia mulai mengerti dunia yang
bertambah komplek.
Pengetahuan
metakognisi terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan strategis; (2)
pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi pengetahuan kontekstual
dan kondisional; dan (3) pengetahuan diri.Pengetahuan strategis adalah
pengetahuan tentang strategi-strategi belajar dan berpikir serta pemecahan
masalah. Subjenis pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang berbagai
strategi yang dapat digunakan siswa untuk menghafal materi
pelajaran, mencari makna teks, atau
memahami apa yang mereka dengar dari pelajaran di kelas atau yang dibaca dalam
buku dan bahan ajar lain. Strategi-strategi belajar ini dikelompokkan menjadi
tiga kategori yaitu pengulangan, elaborasi, dan organisasi. Strategi
pengulangan berupa mengulang-ulang kata-kata atau istilahistilah untuk
memberikan ingatan pada mereka. Strategi elaborasi menggunakan berbagai teknik,
yakni: merangkum, memparafrase, dan memilih gagasan pokok dalam teks. Strategi
pengorganisasian adalah membuat garis besar materi pelajaran, membuat pemetaan
konsep, dan membuat catatan. Pengetahuan tentang tugastugas kognitif yang
meliputi pengetahuan kontekstual dan kondisional
II. PEMBAHASAN
2.1 PengertianPendekatan
Pendekatan pembelajaran
sendiri memiliki arti suatu sudut pandang tentang proses pembelajaran
yang masih dalam arti umum yang didalamnya dapat mewadahi, menguatkan,
memberikan inspirasi.
Dalam pembelajaran sendiri mengenal pendekatan pembelajaran dalam dua jenis yaitu pendekatan yang berpusat pada siswa dan pendekatan yang berpusat pada pengajar. Dari kedua jenis pendekatan ini tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan masing – masing. Yang perlu dilihat adalah mana yang cocok untuk diterapkan pada proses pembelajaran. Bila melihat kondisi di Indonesia maka sangat diyakini akan lebih banyak menggunakan proses jenis kedua yaitu berpusat pada pengajar.
Dalam pembelajaran sendiri mengenal pendekatan pembelajaran dalam dua jenis yaitu pendekatan yang berpusat pada siswa dan pendekatan yang berpusat pada pengajar. Dari kedua jenis pendekatan ini tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan masing – masing. Yang perlu dilihat adalah mana yang cocok untuk diterapkan pada proses pembelajaran. Bila melihat kondisi di Indonesia maka sangat diyakini akan lebih banyak menggunakan proses jenis kedua yaitu berpusat pada pengajar.
Apapun pendekatan yang
akan dipilih merupakan hasil dari penelitian dan solusi yang tepat dengan
kondisi yang tepat. Selain dari pada itu pendekatan
Pembelajaran juga
memiliki kerakteristik yang dapat digunakan antaralain.
1. Indetifikasi,
menetapkan sasaran, menetapkan kualifikasi output dan target yang ingin dicapai
harus dilatari oleh lingkungan yang kali ini berpatok pada masyarakat.
2. Pemilihan
cara paling efektif untuk mencapai sasaran dengan mempertimbangkan.
3. Menentukan
langkah yang akan dicapai mulai dari awal hingga akhir, dengan tujuan agar mudah
dalam memantau kinerja.
4. Menetapkan
criteria dan standar sebagai tolak ukur pencapaian pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Karekteristik yang ada akan lebih memudahkan dalam membuat beberapa rumusan pencapaian dalam pembelajran dan dapat menepatkan pendekatan pembelajaran mana yang tepat untuk digunakan. Dalam proses pembelajaran sendiri tidak dapat anda putuskan sendiri menginggat kemampuan dari setiap sumber daya dan lingkungan tidaklah sama. Tetap membutuhkan saran dari beberapa pemangku kepentingan. Bila anda merupakan tenaga pendidik yang akan memilih menggunakan pendekatan pembelajaran model seperti apa, usahakan sebelum memilih ketahuilah kebutuhan yang cocok pada daerah sekitar anda, jangan memaksakan menggunakan salah satu pendekatan yang benar namun sangat bertentangan dengan realita. Berkompromi dengan realita dapat menjadi faktor informal yang dapat anda gunakan. Dalam posisi ini dibutuhkan beberapa faktor informal untuk kepentingan bersama.
Karekteristik yang ada akan lebih memudahkan dalam membuat beberapa rumusan pencapaian dalam pembelajran dan dapat menepatkan pendekatan pembelajaran mana yang tepat untuk digunakan. Dalam proses pembelajaran sendiri tidak dapat anda putuskan sendiri menginggat kemampuan dari setiap sumber daya dan lingkungan tidaklah sama. Tetap membutuhkan saran dari beberapa pemangku kepentingan. Bila anda merupakan tenaga pendidik yang akan memilih menggunakan pendekatan pembelajaran model seperti apa, usahakan sebelum memilih ketahuilah kebutuhan yang cocok pada daerah sekitar anda, jangan memaksakan menggunakan salah satu pendekatan yang benar namun sangat bertentangan dengan realita. Berkompromi dengan realita dapat menjadi faktor informal yang dapat anda gunakan. Dalam posisi ini dibutuhkan beberapa faktor informal untuk kepentingan bersama.
2.2 PengertianMetakognitif
Istilah metakognitif yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan
metacognition berasal dari dua kata yang dirangkai yaitu meta dan kognisi.
Metaberasal ari bahasa Yunani μετά yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan
sebagaiafter, beyond, with, adjacent yang merupakan suatu prefik dan
digunakan untukmenjukkan suatu abstraksi dari suatu konsep. (Wikipedia, Free
Encyclopedia, 2008).Sedangkan cognition, tersebut berasal dari bahasa
Latin yaitu cognoscere, yangberarti mengetahui (to know) dan
mengenal (to recognize). Kognisi, disebut jugagejala-gejala pengenalan,
merupakan “the act or process of knowing including bothawareness and
judgement” (Webster’s Seventh New Collegiate Dictionary, 1972 :161).
Sementara itu Huitt (1997) menyatakan “cognition refers to the process ofcoming to know
and understand; the process of encoding, storing, processing,retrieving
information.” .
Metakognitif
(metacognition) merupakan suatu istilah yang diperkenalkanoleh Flavell
pada tahun 1976. Menurut Flavell, sebagaimana dikutip oleh Livingston(1997),
metakognisi terdiri dari pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge)dan
pengalaman atau regulasi metakognitif (metacognitive experiences
orregulation). Pengetahuan metakognisi menunjuk pada diperolehnya
pengetahuantentang proses-proses kognitif, pengetahuan yang dapat dipakai untuk
mengontrolproses kognitif. Sedangkan pengalaman metakognisi adalah
proses-proses yang dapatditerapkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas
kognitif dan mencapai tujuan-tujuankognitif.Secara garis besar pengertian
tentang metakognitif adalah:
1. Metakognitif
merupakan kemampuan jiwa yang termasuk dalam kelompok kognisi.
2. Metakognitif
merupakan kemampuan untuk menyadari, mengetahui, proses kognisi yang terjadi
pada diri sendiri.
3. Metakognitif
merupakan kemampuan untuk mengarahkan proses kognisi yang terjadi pada diri
sendiri.
4. Metakognitif
merupakan kemampuan belajar bagaimana mestinya belajar dilakukan yang meliputi
proses perencanaan, pemantauan, dan evaluasi.
Metakognitif
merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Dikatakan demikian karena
aktivitas ini mampu mengontrol proses berpikir yang sedang berlangsung pada
diri sendiri.
2.3 Metakognitif Sebagai Strategi Berpikir
Pada prinsipnya jika
dikaitkan dengan proses belajar, kemampuan metakognitif adalah kemampuan
seseorang dalam mengontrol proses belajarnya, mulai dari tahap perencanaan,
memilih strategi yang tepat sesuai masalah yang dihadapi, kemudian memonitor
kemajuan dalam belajar dan secara bersamaan mengoreksi jika ada kesalahan yang
terjadi selama memahami konsep, menganalisis keefektifan dari strategi yang
dipilih. Kemudian melakukan refleksi berupa mengubah kebiasaan belajar dan
strateginya jika diperlukan, apabila hal itu dipandang tidak cocok lagi dengan
kebutuhan lingkungannya. Hal ini berarti mengetahui dan menyadari bagaimana
belajar dan mengetahui strategi kerja mana yang sesuaimerupakan suatu kemampuan
yang sangat berharga.
Selain itu memikirkan tingkah laku diri
sendiri merupakan langkah pertama yang mengarah ke arah tingkah laku belajar
dan bagaimana belajar. Strategi yang didiskusikan mempunyai arti bagi
pengembangan metakognitif, termasuk di dalamnya mengidentifikasi apa yang kita
diketahui, apa yang tidak kita ketahui, berbicara tentang berpikir,
mengembangkan dan membuat jurnal, merencanakan dan regulasi diri, bertanya
kembali untuk memperoleh informasi mengenai segala hal yang berkaitan, untuk
melengkapi proses berpikir, dan mengevaluasi diri. Jadi metakognitif
dikembangkan melalui proses berpikir seseorang berkenaan dengan tingkah laku
yang dilakukannya. Mengembangkan metakognitif pada dasarnya adalah meningkatkan
proses berpikir seseorang untuk mengontrol apa yang dipikirkannya, apa yang
dikerjakannya, berkenaan dengan tugas yang diberikan, apakah telah memenuhi
tuntutan yang diminta dari tugas tersebut atau belum. Hal itu dapat dilakukan
selama dia bekerja atau setelah selesai mengerjakan sebuah tugas, ini dapat
dilakukan dengan menulis sebuah jurnal. Kaitan antara kemampuan metakognitif
dengan strategi berpikir adalah bahwa kemampuan metakognitif menyediakan cara
mengendalikan berpikir yang pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan dalam
berpikir kritis (critical thinking).
2.4 Proses Metakognitif dalam Matematika
Secara umum metakognisi memiliki komponen-komponen yang disebut
sebagai pengetahuan metakognisi dan pengalaman metakognisi. Pengetahuan
metakognisi adalah pengetahuan yang digunakan untuk mengarahkan proses berpikir
kita sendiri. Pengarahan proses berpikir ini dapat dilakukan melalui aktivitas
perencanaan (planning), pemonitoran (monitoring) dan
pengevaluasian (evaluation). Aktivitas aktivitas ini disebut juga
sebagai strategi metakognisi atau keterampilan metakognisi yang dapat membantu
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Misalnya dalam penyelesaian masalah
matematika ketika pengetahuan metakognisi terhadap suatu tujuan tertantang maka
akan melahirkan pengalaman metakognisi berupa perasaan sulit karena pencapaian
tujuan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ketika menyadari
tantangan tersebut dan pentingnya masalah tersebut diselesaikan,dan timbul
kesadaran untuk menyelesaikan dengan mencari berbagai strategi, maka hal ini
menunjukkan adanya pemanfaatan aktivitas metakognisi.
Penyelesaian masalah dalam
matematika merupakan suatu proses mental yang kompleks yang memerlukan
visualisasi, imajinasi, manipulasi, analisis, abstraksi dan penyatuan ide.
Dalam proses penyelesaian masalah matematika, terjadi interaksi antara
aktivitas kognitif dan metakognisi. Aktivitas kognitif terbatas pada bagaimana
informasi diproses untuk mencapai tujuan, sedangkan aktivitas metakognisi
penekanannya pada kesadaran seseorang terhadap apa yang dilakukannya.
Penyelesaian masalah akan diawali dengan bagaimana siswa mengenali masalah
tersebut, misalnya dengan membangun representasi mental dari masalah yang
dibaca, memutuskan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut sampai dengan
bagaimana mengevaluasi hasil yang dibuatnya.
2.5 Strategi Pengembangan Metakognitif
Strategi pengembangan
metakognisi adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk mengaktifkan dan
meningkatkan metakognisi seseorang. Guru dapat memilih strategi mana yang tepat
dan ini tentunya di dasarkan pada perefleksian terhadap berbagai pengalaman yang
terjadi selama proses pembelajaran. Di samping itu penilaian terhadap kemampuan
metakognisi seseorang dapat dilakukan selama aktivitas pembelajaran berlangsung
dengan mendengarkan pembicaraan siswa selama berdiskusi atau merevieu jurnal
yang dibuat berkaitan dengan pembelajaran. Beberapa penelitian yang berkaitan
dengan metakognisi dalam pembelajaran matematika menunjukkan bahwa metakognisi
diperlukan dalam pembelajaran matematika, misalnya dalam hubungannya dengan
miskonsepsi, kesalahan dan halhal yang kurang dalam mengembangkan ide-ide
matematika. Dalam proses penyelesaian masalah matematika siswa tentunya
memahami masalah, merencanakan strategi penyelesaian, membuat keputusan tentang
apa yang akan dilakukan, serta melaksanakan keputusan tersebut. Dalam proses
tersebut mereka seharusnya memonitoring dan mengecek kembali apa yang telah
dikerjakannya. Apabila keputusan yang diambil tidak tepat, maka mereka
seharusnya mencoba alternatif lain atau membuat suatu pertimbangan. Proses
menyadari adanya kesalahan, memonitor hasil pekerjaan serta mencari alternatif
lain merupakan beberapa aspek-aspek metakognisi yang perlu dalam penyelesaian
masalah matematika.
Dalam mengembangkan kemampuan
metakognisi siswa diperlukan beberapa strategi yang sebaiknya diterapkan dalam
kelompok-kelompok kecil. Salah satu strategi yang sederhana dalam mengembangkan
metakognisi siswa adalah melalui strategi pengajuan pertanyaan. Di samping itu
penilaian terhadap kemampuan metakognisi seseorang dapat dilakukan selama
aktivitas pembelajaran berlangsung dengan mendengarkan pembicaraan siswa selama
berdiskusi atau merevieuw jurnal yang dibuat berkaitan dengan pembelajaran.
2.6 Pengembangan Metakognitif dalam Pembelajaran Matematika
Indikator pemanfaatan
metakognisi seperti pengetahuan tentang kelemahan diri sendiri dan memahami
kelebihan orang lain, serta pengetahuan tentang tugas-tugas yang diberikan.
Dalam proses pembelajaran, pemanfaatan metakognisi dapat diketahui ketika
diberi kesempatan menyelesaikan masalah. Berikut salah satu contoh pengungkapan
pemanfaatan metakognisi dalam menentukan selesaian integral fungsi rasional
berikut. Hitunglah:
a.
b.
c.
Sebelum siswa menyelesaikannya mereka diminta untuk membaca
sekitar 5 menit (tanpa menulis), kemudian menjawab pertanyaan berikut: Apakah
anda memahami soal tersebut? Dapatkah anda menyelesaikannya? Setelah diberi
kesempatan menjawab, kemudian mereka diminta untuk menjawab pertanyaan
lanjutan: Bagaimana cara anda mengerjakannya? (mereka diberi kesempatan untuk
mengerjakan), Selesai mengerjakan, mereka diminta untuk menjawab pertanyaan
berikut. Apakah pertanyaannya sudah terjawab? Bagaimana anda mengetahuinya?
Apakah anda yakin dengan apa yang anda kerjakan? Pertanyaan-pertanyaan terakhir
berkaitan dengan pemanfaatan strategi metakognisi khusunya pemonitoran dan
pengevaluasian.
Berdasarkan analisis terhadap pekerjaan dan jawaban yang
diberikan, diketahui bahwa ada mahasiswa yang menyadari bahwa mereka belum
dapat menyelesaikan dengan baik, ada yang meyakini kebenaran pekerjaannya dan
ada yang tidak meyakini apa yang dikerjakannya. Fenomena ini menunjukkan bahwa
secara tertulis aktivitasmetakognisi dapat terdeteksi, tetapi perlu dilanjutkan
dengan wawancara secara mendalam. Hasil analisis menunjukkan bahwa mereka yang
memanfaatkan aktivitas metakognisinya dapat menyelesaikan masalah dengan baik.
2.7 Peranan Metakognitif dalam Pembelajaran
Dalam
proses pembelajaran, metakognisi dapat berperan dalam hal:
2.7.1 Keberhasilan Belajar
Sebagaimana dikemukakan pada
uraian sebelumnya bahwa metakognisi pada dasarnya adalah kemampuan belajar
bagaimana seharusnya belajar dilakukan yang didalamnya dipertimbangkan dan
dilakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut: (1) Mengembangkan suatu rencana
kegiatan belajar, (2) Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan
dengan kegiatan belajar, (3) Menyusun suatu program belajar untuk konsep,
keterampilan, dan ide-ide yang baru, (4) Mengidentifkasi dan menggunakan
pengalamannya sehari-hari sebagai sumber belajar, (5) Memanfaatkan teknologi
modern sebagai sumber belajar, (6) Memimpin dan berperan serta dalam diskusi
dan pemecahan masalah kelompok, (7) Belajar dari dan mengambil manfaat
pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu, (8)
Belajar dari dan mengambil manfaatkan pengalaman orang-orang tertentu yang
telah berhasil dalam bidang tertentu, (9) Memahami faktor-faktor pendukung
keberhasilan belajarnya. Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas dapat
dinyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh
kemampuan metakognisinya. Jika setiap kegiatan belajar dilakukan dengan mengacu
pada indikator dari learning how to learn maka hasil optimal akan mudah
dicapai.
2.7.2 Pengembangan Metakognisi dalam Pembelajaran
Mengingat pentingnya
peranan metakognisi dalam keberhasilan belajar, maka upaya untuk meningkatkan
hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan meningkatkan metakognisi
mereka. Mengembangkan metakognisi pembelajar berarti membangun fondasi untuk belajar
secara aktif. Guru sebagai sebagai perancang kegiatan belajar dan pembelajaran,
mempunyai tanggung jawab dan banyak kesempatan untuk mengembangkan metakognisi
pembelajar. Strategi yang dapat dilakukan guru atau dosen dalam mengembangkan
metakognisi peserta didik melalalui kegiatan belajar dan pembelajaran adalah
sebagai berikut (Taccasu Project, 2008):
a.
Membantu
peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar dengan: mendorong pembelajar
untuk memonitor proses belajar dan berpikirnya, membimbing pembelajar dalam
mengembangkan strategi-strategi belajar yang efektif. meminta pembelajar untuk
membuat prediksi tentang informasi yang akan muncul atau disajikan berikutnya
berdasarkan apa yang mereka telah baca atau pelejari, membimbing pembelajar
untuk mengembangkan kebiasaan bertanya, menunjukkan kepada pembelajar bagaimana
teknik mentransfer pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai,
keterampilan-keterampilan dari suatu situasi ke situasi yang lain.
b.
Membimbing
pembelajar dalam mengembangkan kebiasaan peserta didik yang baik melalui :
·
Pengembangan
Kebiasaan Mengelola Diri Sendiri
Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri dapat dilakukan
dengan : (1) mengidentifikasi gaya belajar yang paling cocok untuk diri sendiri
(visual, auditif, kinestetik, deduktif, atau induktif); (2) memonitor dan
meningkatkan kemampuan belajar (membaca, menulis, mendengarkan, mengelola
waktu, dan memecahkan masalah); (3) memanfaatkan lingkungan belajar secara
variatif (di kelas dengan ceramah, diskusi, penugasa, praktik di laboratorium,
belajar kelompok, dst).
·
Mengembangkan
Kebiasaan untuk Berpikir Positif
Kebiasaan berpikir positif dikembangkan dengan : (1) meningkatkan
rasa percaya diri (self-confidence) dan rasa harga diri (self-esteem)
dan (2) mengidentifikasi tujuan belajar dan menikmati aktivitas belajar.
·
Mengembangkan
Kebiasaan untuk Berpikir secara Hirarkhis
Kebiasaan untuk berpikir secara hirarkhis dikembangkan dengan: (1)
membuat keputusan dan memecahkan masalah dan (2) memadukan dan menciptakan
hubungan-hubungan konsep-konsep yang baru.
·
Mengembangkan
Kebiasaan untuk Bertanya
Kebiasaan bertanya dikembangkan dengan : (1) mengidentifikasi
ide-ide atau konsep-konsep utama dan bukti-bukti pendukung; (2) membangkitkan
minat dan motivasi; dan (3) memusatkan perhatian dan daya ingat.
Pengembangan metakognisi pembelajar dapat pula dilakukan dengan
aktivitas-aktivitas yang sederhana kemudian menuju ke yang lebih rumit.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan:
Metakognitif merupakah salah
satu bagian untuk melihat keberhasilan siswa dalam membangun konsep matematika.
Ranah kognitif meliputi aspek pengetahuan dan aspek kognisi. Aspek koginisi
meliputi mengingat, memahami, mengapliasi, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Aspek pengetahuan meliputi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Siswa-siswa yang
menggunakan metakognitifnya dengan baik akan menjadi pemikir yang kritis,
problem solver yang baik, serta pengambil keputusan yang baik dari pada mereka
yang tidak menggunakan metakognisinya. Pengetahuan metakognisi siswa dapat
diukur melalui proses berpikir anak terutama yang berkaitan dengan bagaimana
anak memikirkan kembali apa yang telah dikerjakan dalam menyelesaikan masalah
atau persoalan, sehingga guru dapat meningkatkan penggunaan strategi
metakognitif dalam membahas suatu konsep yang baru dengan mengingatkan kembali
apa yang sudah diketahui siswa sebelumnya. Selain itu Proses metakognitif juga
mencakup kemampuan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
DaftarPustaka
Flavell,
J.H. 1976. Metacognition and Cognitive Monitoring, A New Area of
Cognitive
Developmental Inquiry, American Psychologist, 34, pp.906-911.
Huitt,
William G. (1997). Metacognition, (Online), (http://tip.psychology.org/-
meta.html, diaksespada 03
April 2015).
http://en.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget (diaksespada 03 April 2015).
Livingstone.
(1997). Metacognition: An Overview, (Online),
Murni, Atma. 2010.
PembelajaranMatematikadenganPendekatanMetakognitifBerbasisMasalahKontekstual.FKIP
Universitas Riau, (Online), (eprints.uny.ac.id/10499/1/P11-Atma.pdf, diaksespada
21 Maret 2015).
Purnomo, Dwi. 2014. Proses
MetakognisidanPembentukanKonsepdalamMatematika, (Online), (http://dwipurnomoikipbu.files.wordpress.com, diaksespada 21 Maret 2015).
R.
Soedjadi, 2000. KiatPendidikanMatematika di Indonesia:
KonstatasiKeadaanMasaKiniMenujuHarapanMasaDepan. Jakarta:
DirektoratJenderal
PendidikanTinggi,
DepartemenPendidikanNasional, 2000-206 halaman.
www.informasi-pendidikan.com/2014/01/pengertian-pendekatan-pembelajaran.html (diaksespada 03 April 2015).
http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-konsep-menurut-bahri-200830.html, (diaksespada 05 April 2015).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar